Skip to main content

Membangun Kesejukan: Tips Menciptakan Ramadhan yang Kondusif



Tantangan Ketaqwaan di Bulan Ramadhan

Menciptakan Ramadhan yang Kondusif - Indonesia adalah negara dengan jumlah populasi ummat Islam terbesar di dunia.

Dengan fakta ini semestinya ajaran-ajaran islam akan sangat mewarnai kehidupan masyarakat di Indonesia.

Namun logika ini tidak menemukan tempatnya pada bulan suci Ramadhan

Buktinya, kita bisa menyaksikan sendiri bagaimana suasana Ramadhan yang tidak berbeda dengan bulan-bulan lain.

Warung tetap buka sebagaimana biasa dan melayani mereka yang sesungguhnya wajib berpuasa.

Banyak pula kaum muslimin yang makan, minum dan merokok di tempat-tempat terbuka seolah-olah telah diabaikan oleh mereka.

Dosanya Menjauhi Puasa Ramadhan

Padahal sengaja tidak berpuasa pada bulan Ramadhan dikategorikan dosa besar sebagaimana disebutkan oleh Al Imam Al Hafidz Syamsuddin Adz Dzahabi dalam kitab Al Kabair dengan mengutip hadits Rasulullah SAW yang artinya,
"Barang siapa berbuka satu hari saja pada bulan Ramadhan dengan sengaja, tidak akan bisa diganti walau dengan puasa sepanjang zaman kalau dia lakukan"


Jika kita merujuk pada surat Al Baqarah ayat 183 yang artinya,
"Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa,"


Realitas Kondisi Negatif

maka puasa bisa dijadikan sebagai barometer ketaqwaan seseorang. Oleh karena itu realitas menyedihkan kaum muslimin Indonesia di bulan Ramadhan ini,

sesungguhnya menunjukkan level ketaqwaan mereka yang harus ditingkatkan

Realitas Kondisi Negatif

Kondisi negatif ini semestinya harus dijadikan sebagai cambuk yang melecut siapapun yang concern dalam dakwah Islam untuk melakukan pembenahan dan pencerahan guna meningkatkan kualitas ketaqwaan mereka

Semangat amar ma'ruf nahi munkar harus senantiasa dikobarkan dalam setiap dada para aktivis dakwah Islam agar mereka layak disebut sebagai ummat terbaik

Peran Pemerintah dalam Peningkatan Ketaqwaan

Tugas meningkatkan kualitas ketaqwaan ummat Islam sesungguhnya sangat efektif jika diperankan oleh figur-figur muslim yang memegang jabatan pemerintahan.

Sebab kewenangan dan kekuasaan yang mereka miliki mampu membuat rakyat patuh kepada ketentuan yang ditetapkan oleh mereka.

Pemimpin dan Kewajiban Realisasi Ajaran Islam

Dalam hal ini Al Imam Abdullah bin Alawi Al Haddad menegaskan dalam Adda'wah at Tammah bahwa pemimpin berkewajiban memberikan instruksi kepada rakyatnya

untuk merealisasikan hal-hal yang diwajibkan Allah, menghindari hal-hal yang diharamkan-Nya dan mengagungkan simbol-simbol agama-Nya

Karena Allah tidak mengangkatnya sebagai pemimpin kecuali untuk merealisasikan ajaran Islam di tengah kehidupan rakyatnya, mentaati semua perintah-Nya dan mengharamkan tindakan maksiat kepada-Nya.

Kesejahteraan duniawi dan ekonomi yang baik hanyalah efek positif dari kewajibannya merealisasikan ajaran Islam, sebab fungsi utama pemimpin adalah menegakkan ajaran Islam dan perintah Allah kepada para hamban-Nya

Realitas Konteks Indonesia yang Multi Agama

Berangkat dari pandangan Al Imam Abdullah Al Haddad di atas, dalam konteks Indonesia yang multi agama dan tidak menggunakan hukum positif yang bertumpu pada syari'at Islam,

tentu hal yang mustahil menerapkan undang-undang negara ini sesuai dengan ajaran Islam secara total

Tanggung Jawab Figur Muslim di Pemerintahan

Namun kondisi demikian tidak bisa dijadikan alasan bagi figur-figur muslim yang memegang amanah jabatan pemerintahan

untuk lepas total dari kewajiban mendorong warga negara yang beragama Islam untuk melaksanakan ajaran agama mereka.

Sebab seorang mukallaf (yang terbebani melaksanakan perintah Allah) di manapun ia berada dan apapun statusnya wajib melaksanakan perintah Allah sesuai batas kemampuannya.

Karena itu, seorang muslim yang memegang amanah jabatan pemerintahan wajib kemaslahatan Islam dan ummat Islam

sesuai batas kemampuan yang mereka miliki serta menolak semaksimal mungkin kebijakan dan peraturan yang melemahkan Islam dan Ummat Islam

Pertanggungjawaban di Akhirat

Untuk merealisasikan pandangan di atas, figur muslim yang memegang amanah jabatan harus senantiasa menyadari bahwa kelak di akhirat ia akan diminta oleh Allah untuk mempertanggungjawabkan jabatan yang dianugerahkan kepadanya

Oleh karena itu jabatan tidak boleh ia manfaatkan untuk kepentingan pragmatis duniawi semata

tapi harus dijadikan sebagai ladang ibadah kepada Allah dengan menciptakan suasana yang kondusif bagi ummat Islam

Harapan untuk Indonesia Sejahtera Lahir Batin

untuk merealisasikan ajaran-ajaran luhur mereka dan menjauhi tindakan-tindakan negatif yang merusak jiwa dan raga mereka, tanpa mengabaikan hak-hak non muslim untuk melaksanakan keyakinannya

Jika kesadaran ini telah merasuk jauh ke dalam relung hati setiap muslim yang mendapat amanah jabatan

maka bukan hal yang mustahil Islam akan menjadi warna dominan di negeri ini dan Indonesia akan menjadi bangsa yang sejahtera lahir batin.

Wallahu A'lam bisshawab

Ditulis Oleh : Habib Miqdad Baharun

Judul Asli: Memupuk Kebersamaan Umat: Cara Menciptakan Ramadhan yang Penuh Toleransi