Skip to main content

Mengenal Hakikat Tasawuf dan Syariat Lebih Dekat dan Perbedaannya Menurut Ulama



Hakikat Tasawuf dan Syariat - Sebagian orang menilai ilmu tasawuf adalah ilmu yang menyimpang dari syariat Rasulullah Sholallahu Alaihi Wassalam, sehingga pelaku tasawuf sering dicaci

bahkan di kafirkan oleh orang orang bodoh yang tidak mempunyai ilmu itu

Banyak faktor yang mendukung untuk mencaci para sufi, antara lain banyakanya pendakwah yang mengaku sebagai para sufi dan mursyid tharikat

tetapi tidak mengenal ilmu sufi itu sendiri sehingga mereka membikin definisi semaunya tentang tasawuf

Orang yang tidak waras dan bicara ngelantur mereka anggap sebagai sufi dan wali, para peramal dan dukun dianggap sebagai kasyaf,

yang tidak melakukan shalat lima waktu dan membiarkan anak istrinya tidak memakai jilbab serta memakan riba,

bahkan mendukung segala kemaksiatan, oleh mereka di artikan sebagai maqam/kedudukan yang belum bisa dicapai oleh orang awam.

Pembiaran hal seperti ini akan menjadikan ilmu yang mulia ini menjadi bulan bulanan para pendengki tasawuf

Begini Definisi Ulama Tentang Tasawuf

Apakah sebenarnya ilmu tasawuf dan bagaimana hubungannya dengan syariat yang dibawa oleh Sang nabi Rasulullah Muhammad Sholallahu Alaihi Wassalam.

Baca Juga: Ini Definisi Ummatan Washatan


Beberapa ulama dan shalihin mendefinisikan pengertian tentang tasawuf sebagai berikut;

  1. Sahal bin Abdullah At-Tustari
  2. Haram bagi hati mencium bau yakni sementara di sana terdapat kecenderungan kepada selain Allah Subhanahu Wataala.


  3. Abu Qasim Al-Junaid bin Muhammad, Imam Kelompok Tasawuf
  4. Siapa yang tidak hafal Al-Quran dan tidak menulis hadits, ia tidak patut menjadi teladan dalam tasawuf, sebab ilmu kami terikat oleh Al-Quran dan sunnah


    Ia juga menuturkan,

    Madzhab kami, yaitu tasawuf, terikat oleh asas-asas Al-quran dan sunnah. Ilmu kami dikuatkan oleh hadits Rasuullah SAW.


    Ia juga berkata,

    Semua thariqat tertutup bagi manusia, kecuali siapapun yang meniti jejak Rasulullah SAW


  5. Abu Hafsh
  6. Menyatakan, Baiknya etika lahiriah merupakan pertanda baiknya etika batin, sebab nabi SAW bersabda,

    Andai hati orang ini khusuk niscaya seluruh anggota badannya khusuk


  7. An-Nashr Abadzi
  8. Landasan tasawuf adalah berpedoman pada al-Quran dan sunnah, meninggalkan hawa nafsu, bidah, rukhshah dan berbagai macam takwil


  9. Hafsh
  10. Siapapun yang tidak menimbang semua tutur kata dan kondisinya setiap saat berdasarkan Al-Quran dan sunnah serta tidak mengoreksi isi hati, ia tidak termasuk dalam daftar nama-nama tokoh sufi


  11. Abu Abbas Ahmad bin Muhammad bin Sahalbin Atha
  12. Barangsiapa menerapkan etika-etika syariat pada dirinya, Allah SWT akan terangi hatinya dengan cahaya marifat


Mengingat seperti itulah kondisi tasawuf, maka tak ada alasan untuk dicela ataupun dipungkiri,

kecuali bagi mereka yang benar-benar terhalang untuk meraih kebaikan, memiliki akidah menyimpang dan hina.



Praktek Tasawuf Tidak Bertentangan Dengan Ilmu Syariat

Bagaimana mungkin orang-orang pilihan seperti mereka diingkari, padahal isi kitab-kitab tulisan mereka sama sekali tidak bertentangan dengan syariat, kisah-kisah hidup dan keramah mereka juga sangat masyhur

Penyimpangan yang terjadi bukan dari para ulama sufi tapi lebih karena para pengklaim yang mencari popularitas dan materi dari ilmu yang banyak tidak diketahui orang awam.

Sehingga ilmu klinik dan khurafat mereka kloning kemudian namakan tasawuf

Tasawuf yang benar adalah seperti pendapat para ulama ahli tasawuf bukan pendapat orang yang anti tasawuf atau para peramal yang mengaku-ngaku sufi.

Tasawuf adalah melepaskan diri dari semua akhlak tercela dan merasuk ke dalam seluruh akhlak yang luhur

Sufi Yang Shufi

Ulama berkata ;

Tasawuf bukanlah pakaian yang engkau kenakan untuk engkau bangga-banggakan di antara berbagai jenis pakaian lain tapi tasawuf adalah iman dan pengetahuan serta layanan untuk orang fakir atau miskin


Tasawuf adalah tahajjud di malam hari nan membisu kala seluruh manusia lelap dalam tidur untuk mempersiapkan diri menghadapi hari seluruh manusia dikumpulkan dan diberi balasan

Tasawuf adalah memerangi diri dari kebodohan Syahwat dan permainan-permainan setan. Disebutkan dalam hadits dari Rasuulllah SAW bersabda :

Hamba-hamba yang paling disukai Allah adalah orang-orang bertakwa yang tidak tenar, yaitu ketika tidak ada mereka tidak dicari-cari, ketika ada mereka tidak dikenali. Mereka itulah para imam-imam petunjuk dan lentera-lentera ilmu HR. Abu Nuaim


Perlu diketahui, tidak ada tasawuf tanpa fiqh, karena hukum-hukum zhahir Allah SAW tidak bisa diketahui tanpa fiqh.

Sebaliknya, tidak ada fiqh tnpa tasawuf, karena tidak ada amalan tanpa ketulusan hati, konsentrasi dan keikhlasan niat

Tasawuf dan fiqh adalah dua unsur yang saling terkait satu sama lain dalam hukum, seperti hubungan antara ruh dan jasad.

Pandangan Imam Malik Tentang Tasawuf

Imam Malik bin Anas pernah menuturkan,

Siapapun menempuh jalan tasawuf tanpa bekal fiqh, ia telah zindiq. Dan siapapun mendalami ilmu agama tanpa berbekal tasawuf, ia telah fasik.

Namun siapapun yang menyatukan keduanya, sungguh ia telah mewujudkan kebenaran (Dinukil dari kitab Tahdzirul Ikhwan karya Al-Faqih al-Allamah Habib Zen bin Sumaith)


Ilmu ini sangat rawan di klaim oleh para sufi gadungan yang menghalalkan sesuatu yang haram dengan alasan karena ilmunya sudah lebih tinggi,

atau mengatakan mereka sudah sampai pada puncak dan orang yang berpegang pada syariat belum mencapai apa yang mereka capai

Padahal sesungguhnya penentang syariat itulah yang sudah sampai pada puncak kebodohan.

Kelompok khurafat ini berkembang subur di kalangan masyarakat awam, pengikut setia anak dan cucu guru, sekalipun mereka salah akan dicarikan dalil pembenaran

Padahal tasawuf yang benar tidak akan keluar dari Al-Quran dan Hadits, bukan malah menentang peraturan Allah dan Rasulullah lantas dipuja sebagai wali

Oleh : Habib Muhammad Ahmad Vadaq
Judul Asli: Mengenal Lebih Dekat Perbedaan Ilmu Tasawuf dan Syariat Menurut Ulama