Puisi Alam: Menyelami Keajaiban dalam 21 Rangkaian Kata Indah

Daftar Isi [Tutup]
    Gambar Matahari Terbenam di Pegunungan
    Keindahan senja mengisahkan puisi alam yang tak terkatakan. Dalam bisikan angin, alam membacakan kumpulan kata penuh makna

    Puisi tentang alam semesta sering dicari oleh para pembaca pecinta alam untuk melukiskan keindahan alam melalui barisan kata yang indah dan menggoda.

    Puisi memiliki kekuatan layaknya sihir yang akan menghipnotis orang yang mendengarkan ataupun membacanya, terutama tentang keindahan alam semesta.

    Banyak sekali contoh puisi tentang alam semesta yang menceritakan suasana kehidupan hewan, pepohonan, dan kondisi alam seperti udara, angin, ataupun air yang dikaitkan dengan beberapa tempat seperti ladang, kebun, sawah, hutan, pantai, dan lainnya.

    Puisi adalah imajinasi yang dituturkan dengan tulisan syair yang indah, menarik, bahkan dapat menghipnotis pembacanya dengan keindahan bait-bait kalimat yang disusun rapi menggunakan gaya bahasa yang menarik.

    Bagaimana cara membuat puisi tentang alam?

    Sebuah pertanyaan menarik. Biasanya, seorang penyair akan membuat suatu puisi saat mendapatkan ide menarik atas apa yang dilihatnya, lalu menuliskan apa yang tengah dirasakannya.

    Contoh seorang penyair sedang berlibur dan pergi ke suatu tempat indah, maka secara tidak langsung benaknya akan merekam setiap sudut tempat untuk menggabungkan antara visual (apa yang dilihat) dengan hati sanubari, saat ia merasakan keindahan atau kesedihan, maka jemarinya yang akan mewujudkannya melalui goresan pena.

    Menjadi seorang penyair puisi memang tidak mudah, selain bakat dan keinginan yang kuat, diperlukan latihan menulis untuk merangkai kata-kata.

    Seorang penyair juga harus memiliki dan membaca banyak contoh puisi sebagai referensi dan perbandingan kualitas dari para pendahulunya.

    Kemampuan dan gaya bahasa yang tinggi, indah, serta menarik juga merupakan salah satu syarat menjadi penyair professional. Dalam hal ini, tentunya seorang penyair harus memiliki banyak kosa kata sebagai modal utama.

    Contoh Puisi Tentang Keindahan Alam Semesta

    Dalam hiruk-pikuk kehidupan modern, kita seringkali terlena dengan keramaian kota dan hiruk-pikuk teknologi. Namun, dalam kesibukan itu, keindahan alam sering kali terabaikan.

    Artikel ini bertujuan untuk mengeksplorasi keajaiban alam melalui lensa puisi, menghadirkan pengalaman mendalam tentang kekayaan alam yang seringkali terlupakan

    1. Musim Semi Tiba Kembali Di Atas Danau

      Musim Semi di Pegunungan Alpina: Cahaya Menembus Kebekuan dan Kebun Anggur Melepaskan Bunga Salju
      Kehidupan kembali bersemi di atas danau, cahaya memecahkan kebekuan, dan bunga salju dilepaskan oleh kebun anggur. Keajaiban musim semi di Alpen

      Cahaya dan kerut-kerut air menyeruak kebekuan
      Musim dingin telah pergi di kejauhan dinding-dinding kelabu gunung Alpina
      Kebun-kebun anggur telah melepas bunga-bunga salju dari dahan-dahannya
      Dan merajut kembali daun-daunnya yang gugur

    2. Dilereng Bukit Hijau

      Lereng Bukit Hijau: Suara yang Memanggil di Alam Damai
      Suara yang Memanggil di Lereng Bukit Hijau, keindahan alam yang tak pernah pudar

      Mengapa suara itu, sekarang kian kudengar
      Padahal telah lama aku tak pernah tertarik
      Selama ini aku telah lama berumah di lereng-lereng bukit
      Dengan hijau dedaunan dan awan-awan yang putih seperti kapas
      Kecuali sekali-sekali aku memang masih senang memandang ke laut lepas

    3. Hujan Dan Banjir

      Awan Berubah, Banjir Membebani
      Bayangan awan berubah, dan hujan deras mengguyur. Kekhawatiran banjir meresap, menyelip di setiap sudut kota, mungkin hingga ujung Ciliwung

      Musim hujan telah tiba di Ibukota
      Siang terasa panas dan cerah menjelang petang
      Awan-awan pun mendung dan hujan pun turun
      Deras sekali tanpa didahului gerimis kecil yang kau sukai

      Tapi, apakah memang bayang-bayang awan yang berubah-ubah itu yang membuatmu gelisah
      Atau, engkau khawatir banjir akan meredam sudut-sudut tempat engkau bermimpi

      Atau, akan membawa sampanmu yang tak pernah mau berlabuh itu hanyut sampai ke ujung kali Ciliwung
      Yang berkelok-kelok dan panjang?

    4. Suasana Alam Di Pagi Hari

      Pagi yang Bergairah di Alam Bebas
      Lereng bukit pagi membangkitkan semangat, di antara jalan setapak dan hamparan pepohonan. Sisa-sisa embun malam masih menyegarkan udara, dan burung-burung berdansa di langit biru, menciptakan pemandangan akrab dan indah

      Lereng-lereng bukit pagi
      membawa kita ke hamparan jalan-jalan setapak

      di mana pepohonan melingkar-lingkar di tengah belukar
      sungai kecil mengalir sepi di bawahnya
      kita begitu bergairah untuk menghirup udara segar
      menikmati sisa-sisa embun yang ditinggalkan malam yang telah pergi

      Burung-burung berterbangan di atas kita
      melompat-lompat di dahan-dahan dan celah-celah pepohonan
      terbang menukik ke arah langit biru
      lalu melayang rendah di sela-sela rumput hijau
      bercumbu dan bercinta di alam bebas
      sementara angin pegunungan menepis-nepis sayapnya
      di bayang-bayang cahaya matahari yang bersinar lembut

      Betapa ramah alam dan makhluk
      terbawa hanyut di alur hidup yang penuh denyut

      oh, alam di sini begitu indah dan akrab

      Sedangakan kita masih terengah-engah
      menapak-napak di jalan setapak
      mencoba menghirup sisa-sisa udara pagi
      yang semakin lenyap

    5. Pohon Tua

      Keindahan Pohon Tua: Dari Akar hingga Buah
      Pohon tua yang kokoh, akarnya menjelajahi tanah membentuk kebun subur. Dahan dan daunnya yang rimbun memberikan kehidupan, sementara buah-buahnya yang berjatuhan melahirkan pohon-pohon baru

      Sebuah pohon telah lama tertanam di sini
      menjadi besar dan tegar

      akar-akarnya mencuat keluar
      menjalari tanah-tanah sekitar

      Yang kini menjadi taman dan kebun
      dengan dahan-dahan dan daunan rimbun
      dan buah-buah ranum berjatuhan

      yang kembali menjadi akar
      dan pohon-pohonan yang subur tersebar

    6. Renungan Di Pantai Jepang

      Laut laut melingkari negeri ini
      pulau-pulau karang tegar bertaburan
      seperti pagar dan tanaman di halaman terbuka

      di negeri ini, industri galangan bertebaran
      dimana kapal-kapal
      dibangun dan diluncurkan

      bertolak dan berlabuh dan bertolak
      ke segala kawasan

      dari negeri ini lautan dan benua-benua
      telah ditaklukkan
      menjadi satu ladang besar
      yang dapat dibajak, dipanen dan diperdagangkan

      sedangkan Indonesia masih saja
      diejek beribu-ribu pulau-pulaunya
      yang masih saja saling berjauhan

    7. Tanah Dan Bumi Bergoyang

      Siang yang panjang telah membakar tanah-tanah yang tandus
      Kegerahan terasa membara
      Bukit-bukit yang kering
      Mendambakan hujan dan tangan-tangan yang kekar dan dingin

      Tiba-tiba terasa bangunan ini
      Menari-nari dijemba bumi yang bergoyang
      Membuat orang-orang terbangun dan melompat ke luar
      Dan kemudian bertanya-tanya:

      ___________Bumi inikah yang bergoyang
      yang sebentar lagi akan menjemba fajar?

      ___________Ya, inilah peringatan agar tidak melupakan tanah-tanah yang kering
      dengan sapi-sapi dan kuda-kudanya yang kurus
      yang mendambakan padang dan gunung yang hijau dan subur
      dengan awan dan angin
      yang selalu sejuk berhembus

    8. Dermaga Sepi Laut Tak Bertepi

      Dermaga dan anjungan
      telah memisahkan air-air hitam pelabuhan

      haluan kini mencari laut
      dan kebiruan langit

      Angin yang menderu

      ombak yang mengejar-ngerjar dari buritan
      laut dan malam pun terbelah
      gelombang adalah alur-alur yang menari di atas buih

      Ke manakah kapal ini akan membawa kami
      pelabuhan baru akan menyeruak di haluan esok hari
      sedangkan pelabuhan kami
      adalah laut tidak bertepi

    9. Di Musim Hujan

      Langit bagai mengumpul putik waktu
      menghimpun kasih idaman petani

      hutan hijau meniarap kasih
      matahari kesedihan hati

      lihatlah, awan berat merentang layar

      balikkan air bumi
      ke sumbernya satu hati manusia
      manusia, air .... asalnya air, bercinta air

      jika petaniku karam dalam kasih dari tuhannya

      si riri kesal mengoceh

      "kau lihat, jadi rusak waktu dan keindahanku"

    10. Langit Dan Laut Biru

      Aku dan engkau telah menatap demikian lama
      langit yang tinggi dan laut yang luas

      membentang di antara kita

      Adakah langit itu yang terlalu tinggi
      Atau kita yang terlalu rendah untuk mencapainya?

      Adakah laut itu yang terlalu luas
      Atau kita yang terlalu khawatir untuk mengarunginya?

      Angin yang datang
      kadang membangkitkan badai di dalam dada
      gemuruh nafsu dari rasa cinta
      mendekatkan langit dan laut ke alam yang damai dan biru

      Kadang amarah laut bagai membakar
      dan langit berat seakan runtuh
      aku dan engkau telah didekapnya dalam haru-biru
      dan rasa cinta yang tak boleh runtuh

    11. Kebun Anggur Di Napal Valley

      Di lembah Napa
      udara begitu cerah

      angin pegunungan berhembus sejuk
      mengelus-elus pohon-pohon anggur di lereng-lereng bukit
      kilatan lempengan timah pengusir burung-burung
      membiasakan cahaya di matahari terik

      di Cabernet Caves
      bergelas-gelas anggur dihidangkan kepadaku
      sari buah anggur memang terlalu manis
      bagi kehidupan siapa pun

      kehangatan
      di mata
      di dada
      di kata-kata
      dan anga-angan yang jadi melambung
      pikiran pun nyaris tidak terlindung

    12. Dunia Penuh Bunga

      Selamat datang dunia yang penuh bunga
      penuh warna, penuh aroma, penuh suka

      dimana pohon pohonan hijau segar menjalin dahan dan dedaunan
      dimana urat menjadi batang yang meliuk-liuk ditiup angin
      dimana putih menjadi kuntum kemudian mengelopak menyebar harum

      dimana burung dan kumbang terbang dan hinggap silih melayang
      dimana daun dan bunga akhirnya berubah warna
      kemudian gugur berganti baru

      oh, disinilah tempat aku menghadang dunia
      mempupuk kuntum, menyilang dahan
      menyunting kembang

      disinilah tempat aku menarik diri
      dihadang duka
      menghadang suka

      disinilah tempat aku senantiasa merasa ada dan tiada
      didunia kehidupan yang terkadang berbunga-bunga

    13. Semburat Mentari Di Ladang Menguning

      Di ladang inilah tempat aku bermain
      bertanam pohon dan kembang-kembang

      membajak tanah dan menabur benih
      sedang matahari panas membara di atasnya

      terkadang kuhela napas lelah
      terkadang kuulas senyum yang nikmat

      ketika lengan telah tersingsing
      tanam-tanaman membuahkan hasil keringan

      menghijau
      menguning
      kemudian rebah dilulur bumi

      oth betapa nikmat
      hikmah matahari yang membakar dan memberi

    14. Di Kaki Langit

      Inilah undangan untuk datang ke kaki langit
      di mana awan sore mulai merah membakar

      kesibukan telah muali memudar
      burung-burung mulai mencari-cari sarangnya
      dan orang-orang bergegas pulang menuju rumah-rumahnya

      Inilah saat
      tatkala bumi seolah berhenti dan bertanya:
      jam berapakah sekarang?
      oh, kawan, jangan tanyakan kapan saatnya akan tetirah
      di balik pulau adalah pulau
      di ujung laut adalah laut

      Matahari yang disilih awan berat
      telah mengaburkan pandangan ke kejauhan
      ketika ombak berdebur di tepi senja
      dan camar-camar menepis-nepis di atas buih

      Adalah kami yang kehilangan jejak
      di atas pasir di lidah pantai
      mencari-cari serpihan matahari di langit kelabu
      menggantung tanya dan jarak

      Hanyalah gairah ombak yang kami tangkap
      dan selengkung pelangi terselip di kaki langit

    15. Di Tepi Pantai Pasir Putih

      Inilah saat kami menginjakkan kaki
      pagi pertama di negeri ini

      setelah setengah hari mengharung angkasa
      kini hinggap di tanah seperti elang yang lelah

      Inilah pantai yang dibanggakan di benua ini

      pesona laut dan langit cerah
      dengan permainan dan tenda-tenda yang meriah
      burung-burung yang kini terbang dan hinggap gelisah
      dan pasir putih yang menyimpan jejak-jejak langkah
      karena orang-orang yang telah pergi meninggalkannya
      baru akan kembali semusim lagi

      kepagian kami tiba di tempat ini
      pantai indah dengan semilir angin dingin bulan Nopember
      pantai yang kini sepi
      memang menggamit kami untuk kapan-kapan kembali lagi

    16. Lautan Domba

      Langit biru tua
      menyatu dalam arak-arakan awan putih

      matahari cerah
      memancarkan alunan cahaya
      di atas hamparan padang yang luas dan lapang
      angin lembut membelai-belai sepoi

      daun-daunan pepohonan anggur di sani-sini

      Sejauh mata memandang hanyalah gelombang lautan domba
      domba, domba dan domba
      dengan bulu-bulunya bagai gemerlap perak
      hamparan permadani raksasa tiada berujung
      domba-domba memang merajai benua ini
      manusia hidup dan berlayar di atasnya

      Betapapun sepinya alam di sini
      gemuruh ombak lautan domba terdengar di mana-mana

    17. Asap Di Hutan Belantara

      di hutan belantara
      berkas-berkas cahaya matahari

      menelusuri dahan-dahan dan pepohonan
      beragam satwa hidup di dalamnya dan
      di tepi-tepinya manusia bermukim dan berhuma

      tetapi awan-awan yang memayungi kawasan ini
      kini berubah menjadi asap kelabu
      yang menyeberangi gunung-gungung dan lautan
      ladang-ladang asap mereka semai di sana-sini
      katanya mereka sedang membangun masa depannya
      tetapi merisaukan orang-orang di seberang perbatasan

      apakah sebenarnya yang akan dituai
      mereka menebang, membabat dan bertanam bunga api
      tanpa benih yang ditanamkan kembali?

      mereka sebenarnya sedang mempercepat kiamat
      mendatangkan neraka ke bumi ini

    18. Pandangan Terhalang: Tanya pada Bumi yang Terselubung

      Pandanganku sering terhalang
      Di antara tegalan tegalan,
      Keras tanah rengkah rengkah
      Menantang mata bajak.

      Yang didorong-dorong kerbau kurus,
      Bumi ini memang subur, subur sekali,
      Tapi cari sendiri dimana
      Kebenaran masih sembunyi.

      Boleh engkau terus menyebut nyebut
      Puteri cantik atau ibunda maha bijaksana,
      Atau naungan burung garuda, rimbun beringin,
      Patah sumpah serta tuah cita dan cinta.

      Kawan, apa kita masih banteng marah
      Atau banteng dicocok hidungnya?
      Penyebut-penyebutnya kini kepengapan,
      Di depan orang-orangan yang juga heran.

      Sawah luas tiada berbuah,
      Mengapa bisa termenung di pintu lumbung ternganga?
      Memandang sawah berpadi hampa,
      Riuh ayam berkotek-berkokok di halaman bersahutt-sahutan.

      Mengapa kami mesti terkubur,
      Diantara padi tempat bersangkar?

    19. Melodi Petani: Memahat Kehidupan di Tanah yang Panas

      Mereka kerjakan tanah yang panas luas
      Tanah yang panas luas,
      Tanah rengkuh berbatu-batu dan jauh gunung lembah,
      Sudah jatuh terbilang senja dan fajar.

      Di sini melengkung bersama doa,
      Jauh tapi lebih jauh belai hati petani,
      Mernuncing peluhnya, meleleh.

      Dan rengkah-merengkah ayunan tulang,
      Ah, apakah akhir peluhnya?
      Diusapkan kening dengan lengan baju compang-camping.

      Lapisan bumi dibalik-baliknya tambah hijau,
      Dijumpanyakah di situ intan permata?
      Dibalik tanah hanyalah tanah, rengkah bertingkat.

      Alur-alur terjadi, dinding-dinding,
      Bukit jauh mengambangi wajahnya,
      Kaca dalam pujanya, mantera dalam hidupnya.

      Semoga hijau, hijaulah tanah,
      Dengan mesra anak diurut pergi dewasa,
      Menyudahkan tanah, sebagian demi sebagian,
      Membahagiakan hidup, setimbang demi setimbang,
      Dalam mimpinya hanya ----.

    20. Pesona Hijau Sawah: Puisi Cinta Alam yang Abadi

      Di bawah langit biru nan lapang,
      Sawah hijau membentang indah,
      Pesona hijau memikat hati,
      Sejuk embun pagi merayu rindu.

      Riak-riak angin menggoda padi,
      Menari-nari dengan gemulai,
      Sinar matahari mencium hijau daun,
      Sawah menjadi lukisan alam yang cantik.

      Di antara rerimbunan hijau,
      Padi menari mengikuti irama angin,
      Pesona sawah memikat jiwa,
      Seakan dunia terhenti sejenak.

      Bebenah air mengalir mengisi irigasi,
      Menyuburkan tanah dengan kasih,
      Hijau sawah menyemai harapan,
      Seperti lukisan hidup yang tak tergantikan.

      Ranting-ranting pohon menjulang tinggi,
      Menyambut embun pagi dengan gembira,
      Hijau sawah menjadi pelukis senja,
      Merangkai kisah damai di tengah desa.

      Pesona hijau sawah begitu memesona,
      Melukiskan kehidupan yang damai,
      Rindu akan keasrian pedesaan,
      Terpatri dalam detak jantung alam.

      Sawah hijau, tempat bermimpi,
      Di mana petani menyayangi tanahnya,
      Pesona hijau, tiada tara,
      Mengajak kita untuk kembali pada alam.

      Hijau sawah, saksi bisu kehidupan,
      Menyiratkan keharmonisan alam,
      Puisi ini sebagai penghormatan,
      Untuk pesona hijau yang abadi.

    21. Lereng Gunung Fuji Jepang

      Tiang-tiang batu lentera
      di kiri-kanan jalan kecil
      terhampar meliuk-liuk
      di kaki bukit yang menuju ke kuil

      Di sekitarnya pohon-pohon sider dan sipres
      kini hijau kekuningan
      di penghujung musim semi
      yang tak lama akan menghilang

      Sang Budha telah berabad bersimpuh di sini
      di puncak kabut
      bersemedi, terbaring damai
      berselimut emas
      tafakur
      menatap dunia penuh samsara

      Dalam tatapannya yang nanap
      fuji-sang juga telah tidur berabad-abad
      menyimpan kisah-kisah dewa matahari
      di balik rahasia negeri dan bangsa ini

    Penutup

    Dalam mengakhiri perjalanan ini, kita menyadari bahwa puisi tentang alam bukan sekadar rangkaian kata,

    tetapi sebuah medium yang mampu menggugah perasaan, memotivasi tindakan, dan merayakan keindahan serta keunikan alam.

    Dengan lebih banyak orang yang terinspirasi oleh puisi ini, mungkin kita dapat menjaga kelestarian alam dengan lebih baik

    Postingan Terkait

    No comments:

    Post a Comment

    Hanya komentar sehat yang akan kami publish, SPAM auto Delete

    Formulir Kontak

    Name

    Email *

    Message *