Biografi Al Habib Miqdad Baharun
Daftar Isi [Tutup]
Habib Miqdad Baharun - Merupakan salah satu sosok ulama dan sesepuh di wilayah kota Cirebon saat ini beliau menetap di watubelah mengasuh pesantren salaf Al Khoiriyyah Sumber.
Blog Karuhun termasuk sebagai salah satu jama'ah yang aktif mengikuti pengajian mingguan beliau.
Sebelumnya mohon maaf sekali jika terjadi kesalahan ataupun kekeliruan informasi dan penulisan tentang profil guru kami habib miqdad,
kumpulan informasi yang karuhun dapatkan sebagian bersumber dari mbah google, beberapa tokoh serta dari beliau sendiri saat sedang mengisi pengajian rutinan
Ceramah Habib Miqdad Baharun
Selain menjadi pengasuh pondok pesantren beliau juga aktif berdakwah sebagai penceramah panggung (dai/muballigh) suaranya yang khas menggema
sanggup memikat kaum muslimin dan muslimat sekitar wilayah Majalengka, Cirebon hingga Kuningan
Sebagai kiai yang mengusung ajaran ahlus sunnah wal jama'ah beliau sangat menguasai berbagai disiplin bidang ilmu keagamaan
hal ini terbukti dengan penguasaan beliau yang begitu mendalam terhadap kitab kuning (gundul)
Al Kissa merupakan salah satu wadah majlis yang telah beliau dirikan demi memperkuat serta memfasilitasi
berbagai aktifitas dakwah alhabib, pada setiap hari minggu al kissa telah mampu mengkoordinir sebuah pengajian rutinan
Yang berlokasi di pesantren alkhoiriyyah di kediaman beliau sendiri, setiap minggunya ratusan jama'ah datang berduyun dari berbagai kota
untuk menyerap setiap kajian mutiara, wejangan dan nasihat dari santri yang pernah berguru
kepada Abuya Sayyid Muhammad Alawi Al Maliki Alhasani selama 12 tahun ini
Adalah Al Jami' As Shagir (Fi Ahadits Al Basyir An Nadzir) sebuah kitab klasik (kuning)
berisi tentang kumpulan hadits rasul secara alphabetic karangan Al 'Allamah Al Imam As Suyuthi menjadi pokok pembahasan utama setiap minggunya
Tidak hanya thalabul ilmi, pengajian rutinan mingguan juga sesekali diselingi dengan
pembacaan Burdah Shalawat Nabi dipimpin langsung oleh beliau dengan para santrinya dan team hadroh
Abuya Dan Pesantren Dalwa
Berawal dari pondok pesantren Darul Lughoh Wad Da'wah di Bangil Pasuruan Jawa Timuryang saat itu hendak kedatangan tamu agung dari tanah succi Mekkah yakni Abuya Sayyid Muhammad Alawi Al Maliki Al Hasani
Maka pihak pesantren pun menyiapkan acara sambutan meriah, salah satunya dengan menampilkan keterampilan santri berpidato dengan bahasa Arab
dalam rangka tahrib (sambutan selamat datang), adalah Quraisy santri cilik yang fasih berbahasa arab sungguh beruntung
Karena mampu memikat perhatian abuya sehingga beliau tertarik akan kemahirannya yang fasih memainkan gaya bahasa arab,
maka abuya muhammad pun langsung meminangnya untuk dijadikan santri dengan memohon terlebih dahulu kepada pemilik pesantren yakni Habib Hasan baharun
Karena saat itu Quraisy kecil relatif masih berumur muda 12 tahun, rasanya terlalu dini untuk belajar ke luar negeri maka atas kekhawatiran ini
sang bunda pun menolaknya secara halus dan menyampaikan perihal keberatannya ini kepada sang mudirul ma'had
Karena sudah terlanjur senang melihat bibit unggul ini, maka abuya pun lantas memohon kembali tapi kali ini dengan pilihan lain ...
"Jika ada saudaranya atau sanak famili lainnya pun tidak apa - apa (pen)"
Walhasil maka terpilihlah Habib Miqdad Baharun yang tidak lain merupakan kakak kandung Habib Quraisy sendiri, Miqdad Baharun lahir di Sumenep pada tanggal 16 Agustus 1967.
Dengan niat bulat Miqdad kecilpun akhirnya memberanikan diri untuk memenuhi permintaan abuya
Meski persyaratan yang teramat berat, salah satunya ialah tidak boleh dijenguk sanak famili selama proses belajar disana (thalabul ilmi) dalam kurun waktu minimal 7 tahun,
artinya sang habib harus benar-benar berpisah dengan keluarga dalam kurun waktu yang tidak sebentar dan tidak diperbolehkan pulang ke tanah air selama menuntut ilmu
Alhabib Miqdad Baharun 12 Tahun Belajar Di Mekkah
Waktu adalah peluang yang tidak boleh disia-siakan, seminggu kemudian miqdad remaja (16 tahun) langsung berangkat ke Saudi bersama abuya pada tahun 1983.Setelah itu dipindahkan ke kota Madinah dibawah bimbingan guru yang ditugaskan sayyid muhammad hingga 1987
Setelah 4 tahun lamanya menetap di Madinah, Habib Miqdad pun kembali ditarik ke Mekkah tepatnya di Rusafain untuk dididik langsung oleh Abuya.
Disiplin Ilmu yang Dipelajari
Adapun beberapa mata pelajaran yang beliau terima saat itu meliputi beberapa disiplin ilmu agama sebagai berikut :- Ilmu Tafsir
- Ilmu Hadits
- Ushul Fiqh
- Sirah
- Dll
Sanad Guru Habib Miqdad Baharun
Adapun beberapa guru yang pernah mengajar beliau diantaranya ialah :- Syeikh Abdullah Al Lahji
- Syeikh Farhan Al Misri
- Syeikh Ahmad bin Jabir Jibran
- Syeikh Muhammad bin Ali Ash Shabuni (Pakar Ahli Tafsir Alquran Terkemuka)
- Sayyid Ahmad Ar Rukkami Al Yamani
- Habib Salim bin Umar Assegaf
Banyak sekali kisah serta perjuangan beliau dalam menuntut amal dan ilmu yang didapatkannya langsung dari Abuya
Kisah Bersama Abuya Muhammad Alawi Al Maliki
Diantara faham terbesar di tanah haram yang memiliki persamaan dengan mayoritas Ulama Indonesia adalah ajaran Sayyid Muhammad.Ilmu dan amaliahnya sama persis dengan kiai sarungan di tanah jawa
Bagi habib miqdad kurang afdhal rasanya jika menuntut ilmu tanpa dibarengi dengan khidmat dan ta'dim kepada sang guru (berbakti) karena perilaku diataslah yang akan menjadi salah satu faktor berkahnya ilmu
Dedikasi Ketika Mondok Di Sayyid Muhammad
Berikut adalah beberapa kegiatan/aktifitas rutin serta pengabdian habib miqdad selama nyantri di sayyid muhammad mekkah- Mencuci mobil Abuya
- Mengangkat AC (air conditioner) ukuran besar naik turun rumah abuya empat lantai
- Belajar membaca kitab mulai jam 9.30 - 1.30 di kamar pribadi abuya biasanya hingga 3 kitab
- Dilanjutkan shalat dzuhur lalu istirahat hingga ashar
- Bada ashar membaca dzikir hizbul bahr
- yang dilanjutkan dengan Ta'lim (belajar) hingga pukul 05.00 sore hari
- Lalu shalat magrib berjama'ah
- dilanjutkan lagi dengan ta'lim dibimbing langsung oleh abuya hingga jam 8.30
- baru kemudian melaksanakan shalat isya berjama'ah
- Pada tahun 1993 menjadi sekretaris abuya tugasnya menulis setiap perintah beliau serta menyiapkan segala kebutuhan beliau untuk mengajar. Hal ini membuktikan betapa beruntungnya habib miqdad bisa sedekat itu bersama sang guru hingga mendapatkan kepercayaan yang berbeda dari santri lainnya
Demikian sekelumit rutinitas yang selama ini dilakukan oleh abah miqdad selama nyantri, adapun kegiatan abuya sendiri sangat padat.
Selepas ngajar santri abuya bergegas untuk menerima tamu, dalam hal ini merupakan salah satu kebiasaan abuya
Seperti layaknya kiai di Indonesia, pintu rumah beliau selalu terbuka setiap saat bagi kaum muslimin/muslimat untuk bersilaturahim.
Selain mengajar abuya juga aktif menulis bahkan hingga mengarang buku dalam bahasa arab (kitab)
beliau termasuk salah satu penulis handal di abad ini dengan mengedepankan pemikiran ulama-ulama salafus salih
Salah satu yang menjadi ciri khas abuya ialah beliau tidak pernah tidur di ranjang empuk meskipun kehidupan beliau termasuk serba cukup, kebiasaan beliau tidur beralaskan tikar (kasur tipis). Beliau berkata :
"Saya malu kepada Rasulullah, Beliau (rasul) tidur diatas tikar, bagaimana mungkin saya tidur di kasur"
Rencana Pulang Ke Indonesia Diundur 2 Tahun
Tak terasa 7 tahun sudah berlalu tetapi habib miqdad yang selalu haus akan ilmu agamaseolah merasa belum mendapatkan apa-apa dari abuya sehingga berencana untuk menambah masa belajarnya setahun lagi
Selalu begitu apa yang terlintas di benak abah miqdad, seolah masih kurang ilmu dan ingin tetap menemani abuya
hingga akhirnya genap sudah perjuangan beliau di mekkah menjadi 10 tahun, tapi masih tetap saja belum merasa kenyang dengan ilmu abuya
Hingga suatu hari datanglah sebuah surat dari paman beliau habib musthafa yang isinya cukup sederhana dan pendek hanya satu baris yakni "Pulaaaaaaaaaaaaaaaang....."
Seolah terbangun dari mimpinya akhirnya abah pun merasa saatnya untuk berjumpa keluarga pulang ke tanah air, hingga akhirnya
beliaupun mengutarakan keinginan dan maksudnya kepada Sayyid Muhammad pada tahun 1993.
Abuya pun hanya mengiyakan saja hingga tidak terasa waktupun kian bertambah menjadi 1 tahun lamanya,
entah ini adalah sebuah ujian dari sang guru kepada muridnya atau mungkin karena kesibukan abuya sehingga lupa akan permohonan sang murid
Sebaliknya sudah menjadi tabiat santri untuk selalu patuh sam'an wa ta'atan terhadap guru,
habib miqdad pun enggan dan tidak berani membicarakan hal ini kepad abuya hingga lewat waktu setahun lamanya
Setelah lewat satu tahun barulah habib miqdad berani mencoba kembali untuk mengutarakan keinginan beliau pulang ke indonesia.
Setelah meningatkan kembali tiba-tiba abuya berkata
" Ya Allah ana lupa, ya sudah tahun depan saja ya ... tapi sebelum ente pulang, ana akan ajak enter berkeliling"
Setelah genap 12 tahun akhirnya abuya pun mengabulkan keinginan beliau serta memenuhi janjinya.
Abuya mengajak habib miqdad bersama 4 kawan lainnya untuk berziarah ke makam para auliya serta bersialturahim ke para ulama berkeliling ke Mesir dan Maroko.
Sungguh suatu perjalanan yang luar biasa karena terdapat beberapa kisah dan cerita istimewa ketika harus bertemu dengan orang-orang shaleh serta waliyullah.
Selesai berziarah dan keliling negara arab, akhirnya rombongan pun kembali lagi ke mekkah al mukarromah tepatnya di kediaman abuya.
Perpisahan bersama abuya termasuk detik-detik yang teramat berat bagi habib miqdad serta mengharukan karena harus berpisah dengan guru tercinta
Selalu ada kenangan begitu pun dengan abuya saat akan melepas habib miqdad beliau memberikan imamah (sorban) yang langsung dipakaikan abuya kepada habib miqdad
setelah itu menyuruh habib miqdad untuk melakukan thawaf wada di masjidil haram dengan pesan " Dari sini hingga kembali nanti imamah ini jangan dilepaskan"
Selepas thawaf, kembali ke majlis abuya yang saat itu tengah menanti beliau bersama 3 rekan lainnya.
Tiba di majlis, abuya pun memanggil habib serta tiga teman-temannya supaya maju ke depan sambil berkata
"Hari ini 3 saudara kita akan kembali ke Indonesia, mereka pulang bukan untuk beristirahat, bukan untuk berlibur tapi untuk berjihad, mereka akan berhadapan langsung dengan missionaris, dengan kaum munafikin, dengan kaum yang tidak suka Rasulullah, dengan kaum yang tidak suka Islam, doakanlah mereka bertiga"
Perjuangan Di Tanah Air Hingga Hijrah Ke Cirebon
Berangkat dari Dalwa maka pulangpun langsung ke pondok pesantren darul lughah wad da'wah,selama satu tahun lamanya alumni sayyid maliki ini mengajar serta berbakti di bangil atas permintaan sang paman habib hasan baharun
Beliau mengakhiri masa lajangnya pada tahun 1996 tepatnya tanggal 21 Maret. Habib Miqdad resmi menikahi cucu Habib Muhammad bin Syekh bin Yahya
atau yang lebih dikenal dengan julukan Kang Ayip Muh Jagasatru Cirebon
Setelah memiliki istri dari jawa barat, maka pada setiap hari libur habib miqdad pun sering meluangkan waktunya bersama istri berkunjung ke kota Cirebon.
Tidak lama setelah pamanda Habib Hasan Baharun wafat beliaupun akhirnya berpindah (hijrah) untuk berdakwah di kota udang ini
atas petunjuk sepuh habib shaleh bin abdullah assegaf dan kakek (mertuanya sendiri) ayip muh pada tahun 1999
Dalam metode dakwah habib miqdad banyak bercermin pada habib muh (mertua kakeknya) sebagai figur yang beliau teladani,
beberapa karakter serperti sifat tawadhu, lemah lembut, qonaah serta kesederhanaan telah melekat dalam diri habib miqdad
disamping beberapa sifat keulamaan abuya, guru beliau semasa belajar di mekkah
Hingga saat ini Habib Miqdad Baharun termasuk salah satu ulama bahkan sesepuh di kota Cirebon
berjuang mencetak kader-kader ulama lewat pesantrennya "Alkhoiriyyah" watubelah plered serta menjadi penceramah (muballigh) bersama majlis dzikirnya 'Al Kisa'
Disamping berda'wah bil lisan kini habib miqdad juga semakin mengembangkan metode dakwahnya melalui siaran radio dan tulisan.
Belakangan bersama alkisa membentuk sebuah buletin mingguan sederhana yang diterbitkan secara berkala bernama Buletin Hawariy Jabar.
Semoga apa yang dilakukan habib miqdad senantiasa mendapat ridho Allah SWT, serta beliau diberikan kesehatan jasmani dan rohaninya
untuk tetap bisa istiqomah berjuang di jalan Allah subhanahu wata'ala
Wallau'Alam Bisshawab
This comment has been removed by the author.
ReplyDelete