Menyingkap Misteri Larangan Beribadah Secara Berlebihan yang Jarang Diketahui
Daftar Isi [Tutup]
- Keistiqamahan Para Figur Teladan Kaum Muslimin dalam Beribadah
- Figur Dari Generasi Sahabat
- Figur Dari Generasi Tabiin
- Figur Dari Generasi Pasca Tabiin
- Penjelasan Abuya Sayyid Muhammad Alawi Al Maliki Dalam Kitab Manjahjussalaf
- Larangan Terkait Ibadah Berlebihan
- Pentingnya Keseimbangan dalam Ibadah Menurut Al 'Allamah Al Barkaly
- Kesimpulan: Ibadah Berat sebagai Obat Penyakit Hati
Larangan Beribadah Secara Berlebihan - Kaum muslimin memiliki banyak figur teladan yang bisa dijadikan sebagai contoh
dalam aspek kekuatan dan keistiqamahan mereka dalam beribadah dengan kualitas dan kuantitas yang sulit ditiru oleh ummat Islam sekarang.
Keistiqamahan Para Figur Teladan Kaum Muslimin dalam Beribadah
Figur Dari Generasi Sahabat
Di antara mereka dari kalangan sahabat adalah- 'Utsman bin 'Affan yang berpuasa sepanjang tahun, hanya tidur sejenak di malam hari dan mampu mengkhatamkan Al Qur'an dalam satu raka'at shalat,
- Umar bin Khatthab,
- 'Abdullah bin 'Umar
- dan Syaddad bin Aus yang menghidupkan malam dengan beribadah semalam penuh hingga tidak tidur
Figur Dari Generasi Tabiin
Dari generasi tabi'in di antara mereka adalah- 'Umair bin Hani' yang bertasbih dengan jumlah ribuan per hari
- 'Amir bin 'Abdillah bin Qais yang mewajibkan dirinya untuk melaksanakan shalat 1000 rakaat dalam sehari semalam,
- Sa'id bin Musayyib yang melaksanakan shalat shubuh dnegan menggunkan wudhu' shalat 'Isya" selama 50 tahun
Figur Dari Generasi Pasca Tabiin
Dari generasi pasca tabi'in di antara mereka adalah- Sa'd bin Ibrahim bin Abdurrahman bin 'Auf Azzuhri yang berpuasa sepanjang tahun dan mengkhatamkan Al Qur'an setiap hari,
- dan Imam Syafi'i yang mengkhatamkan Al Quran sekali sehari dan pada bulan Ramadhan mampu mengkhatamkan Al Quran 60 kali seluruhnya dilakukan saat shalat.
Inilah sebagian kecil dari para figur panutan kaum muslimin yang mampu melakukan ibadah dalam lever luar biasa
Bagi kalangan awam yang menilai bahwa aktivitas ibadah yang dilakukan oleh figur figur di atas itu tidak masuk akal,
Penjelasan Abuya Sayyid Muhammad Alawi Al Maliki Dalam Kitab Manjahjussalaf
Abuya Sayyid Muhammad Alawi Al Maliki dalam Manjahjussalaf menjawab bahwa hal itu bukan sesuatu yang tidak rasional dilakukan oleh orang-orang yang memiliki kedekatan sprirtual dengan Allah (Ahlullah)sebab mereka telah dikarunia Allah kekuatan malaikat sehingga mampu melaksanakan ibadah hingga mencapai level yang tidak bisa dilakukan oleh manusia biasa.
Fakta ini tidak mungikin ditolak kecuali oleh orang yang mengingkari adanya karamah dan hal-hal yang terjadi di luar kebiasaan normal (Khariqaul 'Adah).
Larangan Terkait Ibadah Berlebihan
Menyangkut beribadah hingga pada level yang memberatkan terdapat banyak hadits yang secara tekstual menunjukkan larangan untuk mengerjakannya.Salah satunya adalah sabda beliau yang ditujukan kepada Al Kahual' binti Tuwait yang tidak pernah tidur malam,
"Engkau tidak tidur malam? .. Ambillah dari amal, apa yang engkau mampu melaksanakannya. Demi Allah, Alalh tidak akan merasa bosan hingga engkau merasa bosan"
Pentingnya Keseimbangan dalam Ibadah Menurut Al 'Allamah Al Barkaly
Terkait larangan melakukan ibadah secara berlebihan dan memberatkan ini maka Al 'Allamah Al BArkaly dalam kitabnya Atthariqah Al Muhammadiyyahmemaparkan kajian yang mampu mengkompromikan kontradiksi antara hadits-hadits yang melarang ibadah secara berlebihan dan memberatkan
dengan aktivitas ibadah generasi salaf yang luar biasa sebagaimana telah disebutkan di muka.
Beliau menyatakan bahwa larangan beribadah secara berlebihan dan memberatkan itu didasari dua alasan :
- bisa mengakibatkan kematian, mengabaikan hak orang lain yang wajib diberikan, meninggalkan ibadah atau berhenti melanggengkannya.
- Rasulullah diutus sebagai rahmat bagi semesta alam dan beliau diberi keteguhan oleh Allah sehingga memiliki kekuatan melakukan sesuatu yang tidak mampu dilakukan oleh individu-individu ummat beliau. Beliau juga adalah manusia paling bertakwa kepada Allah dan paling mengenal-Nya (ma'rifah).
Kesimpulan: Ibadah Berat sebagai Obat Penyakit Hati
Karenanya tidak mungkin muncul sikap kikir, mengabaikan nasehat, menunda-nunda, bermalas-malasan dan kebodohan dalam urusan agama dari beliau.Jika dalam ibadah dan mendekatkan diri kepada Allah ada cara yang lebih utama dan lebih bermantaaf selain dari apa yang telah dilakukannya
maka beliau pasti akan melakukannya, menjelaskan dan memotivasinya.
Oleh sebab itu bisa ditegaskan bahwa apa yang beliau lakukan itu lebih utama dan lebih dekat untuk mengenal Allah.
Dari dua alasan ini bisa disimpulkan bahwa riwayat-riwayat yang menginformasikan ibadah berat yang dilakukan generasi salaf itu mungkin dilakukan
untuk mengobati penyakit hati atau ibadah telah menjadi adat kebiasaan dan tabiat mereka laksana makanan bagi orang sehat.
Karenanya mereka bisa menikmati dengan nyaman ibadah berat tersebut tanpa mengabaikan hak, tanpa berhenti melanggengkannya
dan tanpa keyakinan bahwa apa yang dilakukan mereka lebih utama dibanding yang telah dikerjakan atau diucapkan Rasulullah yang nota bene manusia paling sempurna.
Wallahu A'lam
Buletin Hawariy Jabar
No comments:
Post a Comment
Hanya komentar sehat yang akan kami publish, SPAM auto Delete