Skip to main content

Al Neyadi Menjadi Astronaut Arab Pertama yang Berpuasa Diluar Angkasa, Bagaimana Caranya?



Para astronaut yang bertugas di luar angkasa, termasuk Uni Emirat Arab (UEA) Sultan AlNeyadi,

diwajibkan untuk menjalankan puasa Ramadhan seperti umat Muslim lainnya.

Namun, mereka perlu menggunakan cara yang berbeda untuk berpuasa di lingkungan luar angkasa.

Pada tahun ini, AlNeyadi menjadi astronaut Arab pertama yang akan menghabiskan waktu selama 6 bulan di Stasiun Luar Angkasa Internasional (ISS).

Ia berangkat pada bulan Februari menggunakan roket Falcon 9 milik SpaceX

bersama astronaut NASA Stephen Bowen dan Warren Hoburg, serta kosmonaut Rusia Andrey Fedyaev.

AlNeyadi menyatakan bahwa dirinya tidak terikat untuk berpuasa karena termasuk dalam kategori musafir.

Ia menyampaikan pernyataannya dalam konferensi pers yang dilansir oleh AFP,

"Saya termasuk dalam kategori musafir dan pada dasarnya kami tidak diwajibkan berpuasa. Itu bukanlah suatu kewajiban,".


AlNeyadi menambahkan bahwa berpuasa tidaklah wajib jika merasa tidak sehat.

Ia juga mengungkapkan bahwa puasa tidak diterapkan jika mengganggu atau membahayakan misi tersebut.

Keselamatan astronaut lain juga harus menjadi pertimbangan yang serius.

"Sementara itu, jika terdapat segala hal yang mengancam keselamatan misi ataupun kru, kami diperbolehkan untuk makan makanan yang cukup,"


ungkapnya.

Meskipun terdapat pengecualian, panduan tetap diberikan bagi astronaut muslim yang ingin berpuasa.

Salah satu panduan dikeluarkan oleh Department of Islamic Development Malaysia (JAKIM).

Panduan tersebut memuat dua poin berkaitan dengan puasa.

Pertama, berpuasa diperbolehkan di ISS atau diganti dengan qada saat astronaut kembali ke Bumi.

Kedua, waktu berpuasa disesuaikan dengan zona waktu keberangkatan astronaut.

JAKIM mengeluarkan panduan ibadah selain berpuasa, seperti solat dan berwudu.

Waktu solat ditentukan berdasarkan zona waktu lokasi keberangkatan.

JAKIM memperbolehkan astronaut menjamak dan meng-qashar salat.

Gerakan solat dapat dilakukan seperti biasa dalam posisi berdiri, tetapi jika tidak dimungkinkan, dapat dilakukan dengan duduk atau berbaring.

Kedipan mata dapat digunakan sebagai indikator pergantian raka'at saat berbaring.

Selain itu, astronaut dapat menghadap ke beberapa arah, dengan prioritas tetap mengarah ke Ka'bah.