Skip to main content

Salagedang: Keindahan Alam, Sejarah yang Memikat, dan Kreativitas Anyaman Bambu

Desa Salagedang terletak di Kecamatan Sukahaji, Kabupaten Majalengka, Jawa Barat.

Desa ini terletak di jalan Pangeran Muhamad, yang merupakan jalur utama transportasi yang menghubungkan antara Rajagaluh (sebelah timur) hingga Kota Majalengka (sebelah barat).

foto balai desa salagedang
foto balai desa salagedang


Perbatasan Desa Salagedang

  1. Sebelah Barat: Cikeusik
  2. Sebelah Selatan: Banyureja (Gintung)
  3. Sebelah Utara: Jayi
  4. Sebelah Timur: Tanjungsari


Peta dan Lokasi

Desa Salagedang memiliki lingkungan yang cukup hijau dengan bentangan sawah lega yang luas di jalur utama menuju arah barat Cikeusik.

Di pesawahan tersebut, terdapat banyak penangkar bibit tanaman pohon dan buah yang dijadikan sebagai tempat persemaian terbaik.



Silsilah Kuwu Salagedang

SILSILAH KUWU DESA SALAGEDANG
No Nama Kuwu Masa Jabatan
1 Embah Soleh (Buyut Rurah) 1735 – 1765
2 Mukarab 1765 – 1795
3 Anggajaya 1795 – 1820
4 Tajong 1820 – 1855
5 Nursa 1855 – 1880
6 Natawijaya 1880 – 1906
7 Zen 1906 – 1946
8 Abah Hormat (Natawijaya) 1946 – 1956
9 Natapraja (H. Abdul Ajid) 1956 – 1966
10 Abdul Fatah (H. Abdul Ghani) 1966 – 1978
11 Baing Jayawinata 1978 – 1988
12 Komarudin 1988 – 1998
13 A. Solehudin ( Pejabat ) 1998 – 2001
14 Juhari Durahman 2001 – 2006
15 Jaja Suja’i (PJS) Pejabat Sementara 2006 – 2007
16 H. Sholehudin 2007 – 2013
17 Mahmudin 2013 – 2018
Sumber : Bale Desa Salagedang


Sejarah dan Asal Nama Desa Salagedang

Terdapat dua versi berbeda terkait sejarah Desa Salagedang berdasarkan penuturan riwayat karuhun zaman dahulu. Versi pertama menyatakan bahwa Salagedang berasal dari kata 'sesela' dan 'gedang'.

Dahulu kala, terdapat sebuah batu ajaib yang terbelah dua di Desa Sudahanten, tepat di tengah batu tersebut (sesela dalam bahasa Sunda), tumbuhlah pohon pisang yang disebut gedang (dalam bahasa Jawa).

Kabar tentang batu ajaib dengan pohon pisang di tengahnya (sesela) tersebar hingga ke wilayah Kesultanan Cirebon.

Beberapa waktu kemudian, sang Sultan Cirebon mengubah nama Desa Sudahanten menjadi Salegedang, dan pajak upeti yang harus diserahkan ke Kesultanan Cirebon pun berupa pisang atau gedang dalam bahasa Jawa.

Versi lainnya menyatakan bahwa Salagedang, saat itu masih bernama Desa Sudahanten, sangat terkenal dengan kesuburan tanahnya.

Banyak pohon pisang yang tumbuh di halaman rumah penduduk, sehingga pengunjung luar desa terkagum-kagum dengan pohon gedang ini (dalam bahasa Jawa).

Buah pisang menjadi favorit untuk dikonsumsi oleh masyarakat Salagedang, dan sisanya dijadikan sale, yaitu kue berasal dari pisang yang sudah diawetkan.

Alkisah, pada suatu hari, Sultan Cirebon mendengar kabar tentang kesuburan Desa Sudahanten dan memerintahkan Bapak Soleh, seorang tokoh yang sangat dihormati oleh rakyat, untuk mengganti nama desa menjadi Salagedang.

Bapak Soleh juga menjabat sebagai Kuwu dan masyarakat desa sering mengunjungi makamnya di sekitar tanjakan Jaha Salagedang yang sering dijuluki makam Mbah Buyut Rurah.

Kreativitas dan Mata Pencaharian

Sebagian besar penduduk Desa Salagedang menggantungkan mata pencaharian mereka pada sektor pertanian, memanfaatkan potensi alam pesawahan dan perkebunan.

Selain itu, kegiatan anyam menganyam kerajinan bambu juga masih dipertahankan sebagai warisan budaya nenek moyang.

Beberapa kreasi anyaman bambu yang dihasilkan oleh masyarakat Salagedang antara lain:

  • Boboko
  • Ayakan
  • Nyiru
  • Pipiti
  • Hihid atau gegeber (kipas)


Selain sektor pertanian, sektor hortikultura juga mengalami perkembangan pesat di Desa Salagedang.

Beberapa lahan sawah telah dijadikan area persemaian bibit pohon dan buah-buahan sebagai usaha bisnis yang ramah lingkungan.

Potensi Batu Alam Templek

Batu alam templek merupakan salah satu potensi khas yang dimiliki oleh Desa Salagedang di masa lalu sebelum terjadinya pemekaran atau pembagian wilayah dengan Desa Tanjung Sari dan Gunung Kuning.

Batu templek tarikolot merupakan cikal bakal terkenalnya batu alam terbaik dari Majalengka.

Kini, di bagian barat Desa Salagedang, tepatnya di sawah lega Salagedang, berdiri sebuah pabrik besar pemotongan batu alam andesit yang masih beroperasi hingga sekarang.

Pabrik tersebut sukses mensuplai aneka jenis batu pualam ke berbagai kota di Indonesia. Harga batu templek kini semakin mahal karena memiliki nilai seni yang tinggi sebagai hiasan alami yang kokoh dengan nuansa klasik.

Desa Salagedang sudah menjadi bagian tak terpisahkan dari sejarah batu alam, terutama templek, seperti yang telah diindeks oleh Google. Hal ini menjadi bukti konkrit yang tak bisa dipungkiri oleh siapapun.

Demikian profil singkat Desa Salagedang di Majalengka. Semoga informasi ini bermanfaat bagi pembaca.

gambar/foto batu alam templek terpasang di dinding rumah salagedang