Skip to main content

Puasa Rajab: Setara dengan Ibadah 900 Tahun, Benarkah?



I. Pengertian Puasa Rajab

ilustrasi puasa rajab
Puasa Rajab adalah puasa yang dilakukan pada bulan Rajab, bulan ke-7 dalam kalender Hijriyah. Puasa Rajab termasuk dalam kategori puasa sunnah, yang tidak wajib dilakukan, namun sangat dianjurkan oleh agama Islam.

Puasa Rajab dapat dilakukan sepanjang bulan Rajab, namun terdapat juga beberapa tanggal yang dianggap istimewa dalam bulan Rajab yang sering dijadikan sebagai waktu untuk melaksanakan puasa Rajab. Beberapa tanggal istimewa tersebut antara lain 1 Rajab, 27 Rajab, dan 30 Rajab.

Meskipun puasa Rajab tidak wajib dilakukan, namun ada banyak manfaat yang dapat diperoleh dengan melaksanakan jenis puasa ini. Selain itu, puasa Rajab juga menjadi salah satu amalan yang dapat memperbanyak pahala di mata Allah SWT.

Dalam menjalankan puasa Rajab, perlu diperhatikan beberapa hal seperti memperbanyak amalan ibadah lainnya, memperbaiki perilaku, serta meningkatkan keimanan dan ketaqwaan kepada Allah SWT.

Oleh karena itu, puasa Rajab dapat menjadi momentum untuk memperbaiki diri dan mendekatkan diri kepada Allah SWT.

II. Keutamaan Puasa Rajab

  1. Menambah Keimanan dan Ketakwaan

  2. Puasa Rajab adalah salah satu cara untuk memperkuat keimanan dan meningkatkan ketakwaan kita kepada Allah SWT. Dengan menahan diri dari makan dan minum, kita belajar untuk lebih bersyukur atas nikmat yang telah diberikan Allah dan menjadi lebih taat dalam menjalankan perintah-Nya.

  3. Mendapatkan Pahala yang Besar

  4. Puasa Rajab merupakan amalan sunnah yang pahalanya sangat besar di mata Allah SWT. Pahala dari puasa Rajab dapat dikalikan dengan berlipat-lipat, bahkan setara dengan ibadah selama 900 tahun.

  5. Membantu Membersihkan Diri dari Dosa

  6. Puasa Rajab dapat membantu membersihkan diri dari dosa-dosa yang telah dilakukan di masa lalu. Dengan menjalankan puasa ini, kita dapat memperbaiki perilaku dan memperkuat ikatan kita dengan Allah SWT.

  7. Meningkatkan Kesehatan Fisik

  8. Puasa Rajab dapat memberikan manfaat kesehatan bagi tubuh kita. Dengan menahan diri dari makanan dan minuman, tubuh kita dapat membersihkan diri dari racun dan memperkuat sistem imun.

  9. Meningkatkan Kualitas Ibadah Lainnya

  10. Puasa Rajab dapat meningkatkan kualitas ibadah kita secara keseluruhan. Dengan menghindari hal-hal yang tidak bermanfaat dan memperbanyak amalan kebaikan, kita dapat meraih pahala yang lebih besar dan mendapatkan keberkahan dari Allah SWT.

  11. Mendapat Ridha Allah SWT

  12. Dengan melakukan puasa Rajab, kita berharap dapat mendapatkan ridha Allah SWT dan keberkahan dalam hidup kita. Puasa Rajab juga dapat membantu kita untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT dan meraih kebahagiaan dunia dan akhirat.
Dalam menjalankan puasa Rajab, perlu diingat bahwa tujuan utamanya adalah untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT.

Oleh karena itu, selain menahan diri dari makan dan minum, kita juga perlu memperbanyak amalan kebaikan dan memperbaiki perilaku agar puasa kita dapat diterima di sisi-Nya.

III. Pahala Puasa Rajab

Pahala puasa Rajab sangat besar di mata Allah SWT, bahkan setara dengan ibadah selama 900 tahun. Berikut ini adalah beberapa cara untuk mengoptimalkan pahala dari puasa Rajab:
  • Menjaga Niat yang Ikhlas

  • Niat yang ikhlas adalah salah satu kunci utama untuk memperoleh pahala dari puasa Rajab. Ketika kita berpuasa, pastikan niat kita semata-mata hanya untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT dan bukan untuk mencari pujian atau pengakuan dari orang lain.

  • Memperbanyak Dzikir dan Doa

  • Selama berpuasa Rajab, memperbanyak dzikir dan doa adalah salah satu cara untuk memperoleh pahala yang besar. Dengan memperbanyak dzikir dan doa, kita dapat memperkuat ikatan kita dengan Allah SWT dan meraih berkah-Nya.

  • Berpuasa Sunnah Lainnya

  • Selain puasa Rajab, ada juga puasa sunnah lainnya seperti puasa Senin Kamis, puasa Ayyamul Bidh, dan puasa Syawal. Dengan berpuasa sunnah lainnya selain puasa Rajab, kita dapat memperoleh pahala yang lebih besar dan mengoptimalkan ibadah kita di bulan ini.

  • Memperbanyak Amalan Kebaikan

  • Selama berpuasa Rajab, kita dapat memperbanyak amalan kebaikan seperti sedekah, mengaji, dan membaca Al-Quran. Dengan memperbanyak amalan kebaikan, kita dapat memperoleh pahala yang lebih besar dan mendapatkan berkah dari Allah SWT.

  • Menjaga Perilaku yang Baik

  • Puasa Rajab juga menjadi momentum untuk memperbaiki perilaku kita. Dengan menjaga perilaku yang baik, seperti menghindari ghibah, memperbanyak istighfar, dan berbuat kebaikan kepada sesama, kita dapat memperoleh pahala yang lebih besar dan memperkuat keimanan kita.


Dalam mengoptimalkan pahala dari puasa Rajab, perlu diingat bahwa yang terpenting adalah niat yang ikhlas dan konsisten dalam menjalankan ibadah selama bulan ini.

Dengan mengikuti beberapa tips di atas, diharapkan kita dapat memperoleh pahala yang besar dan mendapatkan keberkahan dari Allah SWT.

IV. Persamaan Puasa Rajab Dengan Ibadah 900 Tahun

Dalam hadis riwayat Ibnu Majah, Nabi Muhammad SAW pernah bersabda bahwa

"Puasa satu hari di bulan Rajab setara dengan puasa tiga puluh hari."


Dari hadis ini, dapat disimpulkan bahwa puasa Rajab memiliki keutamaan yang sangat besar di mata Allah SWT.

Namun, lebih dari itu, terdapat sebuah keterangan yang menjelaskan bahwa puasa Rajab setara dengan ibadah 900 tahun. Beberapa ulama memahami bahwa pernyataan ini bukanlah secara harfiah, namun sebagai bentuk pemahaman figuratif atau perumpamaan.

Dalam pandangan ulama, setiap amalan yang dilakukan oleh seorang muslim memiliki pahala yang berbeda-beda tergantung pada keikhlasan dan kesungguhan dalam menjalankannya.

Oleh karena itu, puasa Rajab memiliki keutamaan yang besar karena menunjukkan kesungguhan dalam menjalankan ibadah.

Selain itu, bulan Rajab juga memiliki keistimewaan sebagai salah satu dari empat bulan suci dalam agama Islam, yang juga meliputi bulan Dzulqa'dah, Dzulhijjah, dan Muharram.

Selama bulan-bulan suci ini, amalan kebaikan memiliki pahala yang lebih besar dibandingkan dengan bulan-bulan lainnya.

Dalam hal ini, puasa Rajab memiliki persamaan dengan ibadah selama 900 tahun karena pahala yang diperoleh dari menjalankan puasa Rajab sangat besar.

Meskipun tidak ada keterangan yang pasti mengenai jumlah pahala yang diperoleh, namun keutamaan dan keberkahan yang terkandung dalam ibadah ini dapat membuat seorang muslim merasa dekat dengan Allah SWT dan memperkuat imannya.

Dalam menjalankan puasa Rajab, perlu diingat bahwa keutamaan dan pahala yang diperoleh tidak terletak pada durasi puasa yang dilakukan, melainkan pada kesungguhan dan keikhlasan dalam menjalankan ibadah.

Oleh karena itu, penting bagi kita untuk memperkuat niat dan memperbaiki perilaku selama bulan Rajab, sehingga kita dapat memperoleh keberkahan dari Allah SWT dan memperkuat keimanan kita sebagai seorang muslim.

V. Kapan Waktu Yang Tepat Untuk Melaksanakan Puasa Rajab?

Puasa Rajab dapat dilaksanakan sepanjang bulan Rajab, namun terdapat beberapa tanggal yang memiliki keistimewaan dalam menjalankan ibadah puasa ini. Tanggal-tanggal tersebut antara lain:

  1. Tanggal 1 Rajab

  2. Tanggal 1 Rajab sering disebut sebagai Awal Bulan Rajab. Pada tanggal ini, banyak umat Islam yang memulai puasa Rajab selama satu bulan penuh. Selain itu, pada tanggal ini juga sering dilakukan zikir dan doa untuk memperoleh keberkahan dan keberuntungan di bulan Rajab.

  3. Tanggal 27 Rajab

  4. Tanggal 27 Rajab merupakan hari yang memiliki keistimewaan khusus dalam agama Islam. Pada hari ini, Nabi Muhammad SAW dilahirkan ke dunia ini. Oleh karena itu, tanggal 27 Rajab sering disebut sebagai Malam Nisfu Sya'ban atau Lailatul Bara'ah.

    Pada malam ini, banyak umat Islam yang mengadakan ibadah malam, seperti membaca Al-Quran, berdoa, dan berzikir. Selain itu, pada malam ini juga sering dilakukan puasa sunnah, termasuk puasa Rajab.

  5. Tanggal 22-28 Rajab

  6. Pada tanggal 22-28 Rajab, umat Islam biasanya melaksanakan puasa Sya'ban. Puasa Sya'ban dapat dilaksanakan selama satu bulan penuh, atau minimal pada tanggal 22-28 Rajab.

    Puasa Sya'ban tidak diwajibkan dalam agama Islam, namun banyak umat Islam yang melaksanakannya karena memiliki keutamaan dan keberkahan yang besar.
Meskipun puasa Rajab dapat dilaksanakan sepanjang bulan Rajab, namun disarankan bagi umat Islam untuk melaksanakannya pada tanggal-tanggal yang memiliki keistimewaan khusus dalam agama Islam.

Selain itu, penting juga bagi kita untuk memperkuat niat dan keikhlasan dalam menjalankan ibadah puasa Rajab, sehingga kita dapat memperoleh keutamaan dan pahala yang besar dari Allah SWT.

VI. Hal-hal Yang Perlu Diperhatikan Saat Melakukan Puasa Rajab

Berikut adalah beberapa hal yang perlu diperhatikan saat melakukan puasa Rajab:

  1. Niat yang kuat

  2. talafudz niat puasa rajab
    Sebelum melakukan puasa Rajab, kita perlu memperkuat niat dan keikhlasan dalam menjalankan ibadah ini. Niat yang kuat akan membantu kita tetap konsisten dan istiqamah dalam menjalankan puasa Rajab.

  3. Menjaga kesehatan

  4. Puasa Rajab dapat memberikan manfaat bagi kesehatan, namun kita juga perlu memperhatikan kondisi kesehatan kita sebelum melaksanakan puasa. Jika kita memiliki riwayat penyakit atau sedang dalam kondisi sakit, sebaiknya berkonsultasi dengan dokter terlebih dahulu sebelum melakukan puasa Rajab.

  5. Menjaga asupan nutrisi

  6. Meskipun melakukan puasa, kita tetap perlu memperhatikan asupan nutrisi yang diperlukan oleh tubuh. Kita sebaiknya mengonsumsi makanan yang seimbang dan bergizi saat berbuka puasa, serta menghindari makanan yang berlemak dan berat.

  7. Menghindari hal-hal yang membatalkan puasa

  8. Seperti halnya puasa pada bulan Ramadhan, puasa Rajab juga memiliki hal-hal yang dapat membatalkan puasa, seperti makan dan minum dengan sengaja, melakukan hubungan suami istri, dan sebagainya.

    Oleh karena itu, kita perlu menghindari hal-hal tersebut selama menjalankan puasa Rajab.

  9. Meningkatkan ibadah lainnya

  10. Puasa Rajab sebaiknya tidak hanya dijadikan sebagai ibadah yang dilakukan sendirian, namun juga sebagai momen untuk meningkatkan ibadah lainnya. Kita dapat memperbanyak ibadah shalat, membaca Al-Quran, bersedekah, dan sebagainya selama bulan Rajab.

  11. Menjaga akhlak dan perilaku

  12. Selain menjaga ibadah, kita juga perlu memperhatikan akhlak dan perilaku kita selama menjalankan puasa Rajab.

    Kita sebaiknya menghindari perilaku yang tidak baik, seperti berbohong, mengumpat, dan sebagainya. Sebaliknya, kita sebaiknya memperbanyak perilaku yang baik, seperti berbuat kebaikan, membantu sesama, dan sebagainya.


Dengan memperhatikan hal-hal di atas, kita diharapkan dapat melaksanakan puasa Rajab dengan baik dan memperoleh keutamaan serta pahala yang besar dari Allah SWT.

VII. Tentang Hukum & Ketentuan Puasa Rajab Menurut Para Ulama Salaf

Oleh : Habib Miqdad Baharun


Syaikh Abdul 'Aziz bin Baz mengatakn bahwa mayoritas para ulama berpendapat puasa rajab sebulan penuh itu hukumnya makruh karena hal itu merupakan tradisi Jahiliyyah dan nabi telah melarangnya. Yang diperbolehkan adalah puasa Senin Kamis atau tiga hari pada bulan Rajab.

Namun jika ada kesengajaan untuk berpuasa pada bulan Rajab maka hal ini adalah makruh. Pandangan Bin Baz ini ternyata berseberangan dengan pendapat Syaikh Abdul Fattah Qudais Al Yafi'I yang menegaskan bahwa para ulama tidak satu suara dalam menetapkan hukum berpuasa pada bulan rajab.

Pendapat Imam Madzhab

Mayoritas ulama madzhab Hanafi, Maliki dan Syafi'I serta salah satu pendapat dalam madzhab Hambali berpandangan bahwa sunnah berpuasa Rajab sebulan penuh. Para ulama madzhab Hambali berpendapat bahwa berpuasa hanya pada bulan rajab tanpa berpuasa pada bulan lainnya itu hukumnya makruh.

Hukum makruh ini di mata mereka bisa lengyap dengan tidak berpuasa sehari atau dua hari dari bulan Rajab atau dengan menyambungnya dengan puasa bulan lain. Sedang para ulama madzhab Hambali berbeda pendapat menyangkut mengkhususkan puasa pada bulan - bulan mulia.

Sebagian berpendapat sunnah tetapi mayoritas tidak menyebutkannya sebagai sunnah. Syaikh Abdul Fattah lalu mengutip pendapat beberapa ulama dari madzhab empat dalam masalah puasa Rajab.

  1. Madzhab Hanafi

  2. Dari madzhab Hanafi beliau mengutip di antaranya dari kitab Al Fatawa Al Hindiyah 1/202 yang menyatakan bahwa puasa sunnah ada beberapa macam :
    • Puasa Muharram
    • Puasa Rajab
    • Puasa Sya'ban
    • Puasa 'Asyura


  3. Madzhab Maliki

  4. Dari madzhab Maliki beliau menyebut Syarh Al Kharsy 'ala Khalil, Muqaddimah ibnu Abi Zaid beserta syarh Al Fawakih Addawani, Kifayatutthalib Arrabbani, Attaj wal Iklil dan banyak lagi yang menyatakan bahwa puasa Rajab itu disunnahkan.

  5. Madzhab Syafi'I

  6. Dari madzhab Syafi'I beliau diantaranya mengutip pendapat Imam Nawawi dalam Al Majmu' 6/439 sbb,

    "Ashhabuna berkata bahwa salah satu puasa yang disunnahkan adalah puasa pada bulan - bulan mulia yaitu Dzulqa'dah, dzulhijjah, Muharram dan Rajab"


    Yang paling utama adalah puasa pada bulan Muharram. Arrouyani dalam Al Bahr menyatakan bahwa yang paling utama adalah puasa di bulan Rajab.

    Pendapat ini keliru berdasarkan hadits Abu Hurairah yang artinya, "Puasa paling utama setelah Ramadhan adalah bulan Allah Muharram. "Syaikhul Islam Zakariya Al Anshari dalam Asnal Mathalib 1/433 mentatakan bulan paling utama untuk berpuasa setelah bulan Ramadhan adalah puasa pada bulan-bulan mulia yaitu Dzulqa'dah, dzulhijjah, Muharram dan Rajab.

    Yang paling utama adalah puasa pada bulan Muharram. Arrouyani dalam Al Bahr menyatakan bahwa yang paling utama adalah puasa di bulan Rajab. Pendapat ini keliru bedasarkan hadits Abu Hurairah yang artinya, "Puasa paling utama setelah Ramadhan adalah bulan Allah Muharram.

    "Syaikhul Islam Zakariya Al Anshari dalam Asnal Mathalib 1/433 menyatakan bulan paling utama untuk berpuasa setelah bulan Ramadhan adalah puasa pada bulan-bulan mulia yaitu Zulqa'dah, Dzulhijjah, Muharram dan Rajab"

    Syaikh Abdul Fattah juga mengutip pendapat Ibnu Hajar dalam Fatwanya yang mengkritik seorang faqih (ulama pakar fiqh) yang melarang berpuasa di bulan Rajab dan menganggap sikap faqih tersebut sebagai tindakan bodoh dan serampangan terhadap syari'ah yang suci.

    Jika faqih ini tidak mencabut sikapnya maka para hakim syari'at wajib melarang dan memberinya sanksi keras yang dapat membuatnya dan orang semisalnya tidak bersikap serampangan terhadap agama Allah.

    Barangkali sang faqih ini tertipu dengan riwayat yang menyatakan bahwa neraka Jahannam dinyalakan dari tahun ke tahun untuk mereka yang berpuasa pada bulan Rajab. Ia tidak tahu bahwa hadits ini bathil dan dusta yang tidak boleh diriwayatkan sebagaimana disebutkan oleh Abu 'Amr bin Asshalah, salah seorang ulama terkemuka dalam penguasaan hadits dan berbagai disiplin ilmu lain.

  7. Madzhab Hambali

Dari kalangan madzhab Hambali, Syaikh Abdul Fattah mengutip diantaranya pandangan Ibnu Qudamah dalam Al Mughni 3/53 pasal : makruh menyendirikan Rajab dengan berpuasa. Imam Ahmad berkata,

"Jika seorang lelaki berpuasa di bulan Rajab maka ia hendaknya berbuka sehari atau beberapa hari, tidak boleh berpuasa sebulan penuh". "Imam Ahmad juga mengatakan bahwa siapapun yang berpuasa setahun maka ia boleh berpuasa Rajab".


Jika tidak berpuasa setahun maka ia tidak boleh berpuasa Rajab secara berturut-turut, tetapi harus ada hari dimana ia tidak berpuasa agar ia tidak menyamakan Rajab dengan bulan Ramadhan." Menyangkut status hadits yang menjelaskan keutamaan bulan Rajab yang dikategorikan dho'if maka hadits dho'if boleh dipraktekkan untuk amaliah-amaliah yang bersifat utama

Namun Ibnu Hajar dalam Fatwanya menegaskan bahwa pendapat orang bodoh yang menyatakan bahwa hadists-hadits terkait puasa rajab itu palsu, kalau yang ia maksudkan adalah hadits-hadits yang terkait puasa Rajab secara umum atau khusus maka hal itu adalah sebuah kebohongan yang karenanya ia harus bertaubat.

Jika tidak, maka ia harus diberi sanksi maksimal. Memang benar banyak hadits palsu terkait keutamaan bulan Rajab, namun para ulama kita tidak menggunakan hadits-hadits tersebut untuk menetapkan kesunnahan puasa Rajab.